Monday 23 January 2012

IAEA BOCORKAN IDENTITAS ILMUWAN NUKLIR IRAN KE MOSSAD


Sekitar 2 tahun yang lalu seorang dokter kepala sebuah klinik di Beirut Selatan, menerima sepucuk surat dari STL (pengadilan internasional bentukan PBB untuk menyidik dan mengadili kasus pembunuhan mantan perdana menteri Rafiq Hariri). Surat tersebut memberitahukan rencana kedatangan satu tim penyidik STL ke kliniknya yang hendak meminta informasi tentang data pribadi para pasiennya.

Suatu permintaan yang janggal, pikir sang dokter. Apa kaitan semua ini dengan pembunuhan Rafiq Hariri?

Maka sang dokter, seorang simpatisan organisasi milisi dan politik Hizbollah, segera memberitahukan masalah ini kepada pemimpin Hizbollah di daerahnya. Hizbollah pun langsung mengetahui, dinas rahasia Israel, Mossad, tengah menggunakan staff STL sebagai alat untuk mencari informasi nomor telepoh keluarga dan kerabat para aktifis Hizbollah. Sekali nomor itu didapat, Mossad dengan kecanggihannya mampu merekayasa data rekaman komunikasi sasarannya. Memasukkan SMS palsu, atau memasukkan data nomor telepon yang berhubungan dengan nomor sasaran. Dan dengan data rekayasa itu, STL bisa "membidik" sasarannya sebagai tersangka.

Maka pada tgl yang telah ditentukan, Hizbollah mengirimkan tim khusus untuk menggagalkan misi STL tersebut, yaitu dua bus penuh ibu-ibu simpatisan Hizbollah yang telah menunggu di depan klinik. Ketika tim STL tiba, ibu-ibu itu langsung menyerbu para anggota penyidik STL, mendorong mereka kembali ke dalam bus. Seorang anggota wanita tim STL yang berasal dari Perancis, bahkan dijambak rambutnya dan diseret kembali ke dalam mobilnya. Beberapa polisi Lebanon yang mengawal tim STL kebingungan. Mereka tahu, jika mereka melakukan tindakan keras pada ibu-ibu itu, peluru sniper Hizbollah akan bersarang di tubuhnya sebagaimana peluru-peluru itu bersarang di tubuh tentara-tentara Israel yang melakukan invasi ke Lebanon tahun 2006. Maka tidak ada lain yang bisa dilakukan kecuali membiarkan ibu-ibu itu mengusir tim STL.

Insiden itu, setidaknya untuk sementara waktu, menyelamatkan Hizbollah dari tuduhan terlibat dalam pembunuhan Rafiq Hariri. Namun tidak dengan Ahmadi-Roshan, pakar nuklir Iran yang tewas akibat serangan bom baru-baru ini. Anggota tim pengawas badan atom internasional (IAEA) membocorkan identitasnya kepada Mossad yang selanjutnya sukses mengakhiri hidup Roshan dengan bom mobil yang ditempelkan di mobil Roshan.

Meski belum dibuktikan di pengadilan, setidaknya hal itu menjadi keyakinan aparat keamanan dan inteligen, termasuk para politisi Iran. Sebagaimana disampaikan wakil duta besar Iran untuk PBB, Eshagh Al Habib kepada Dewan Keamanan PBB baru-baru ini bahwa sebelum kematiannya Roshan bertemu dengan para pengawas IAEA. "Ini mengindikasikan lembaga PBB ini (IAEA) mungkin telah berperan membocorkan informasi tentang fasilitas dan ilmuwan nuklir Iran."

Habib juga menuduh IAEA gagal menjaga kerahasiaan informasi yang didapatnya selama mengawasi pembangunan nuklir Iran.

"Ada kecurigaan tinggi bahwa .... lingkaran-lingkaran teroris telah memperolah informasi-informasi inteligen melalui lembaga-lembaga PBB, termasuk daftar sanksi dari Dewan Keamanan PBB, serta wawancara yang dilakukan IAEA dengan para ahli nuklir kami, untuk mengidentifikasi dan melakukan aksi keji mereka."

Sementara itu anggota komisi keamanan nasional dan kebijakan luar negeri parlemen Iran, Zohreh Elahian, mengatakan, Kamis (19/1), bahwa beberapa anggota komisinya serta para pejabat pemerintah telah mendiskusikan keberadaan tim pengawas IAEA tersebut. Mereka semua yakin bahwa IAEA telah membocorkan informasi rahasia yang diperolehnya di Iran kepada Amerika dan Israel.

Menurut Zohreh, pemerintah Iran haus merevisi kembali tata cara interaksi dengan IAEA karena semua pendekatan yang telah dilakukan tidak bisa diterima lagi. Anggota wanita parlemen Iran ini juga menyatakan bahwa bukti-bukti yang telah ditemukan semuanya mengindikasikan peran langsung Mossad dalam pembunuhan Roshan.



Sumber:
"IAEA Leaking Confidential Data Which Served in Roshan’s Killing"; almanar.co.lb; 20 Januari 2012.

No comments: