Tuesday 28 February 2012

CUKUP 2 TEMBAKAN, AMERIKA PUN HENGKANG


Hizbollah hanya memerlukan 2 ledakan bom untuk mengusir tentara Amerika dan Perancis dari Lebanon tahun 1983. Dan kini Taliban hanya memerlukan 2 tembakan untuk menyingkirkan Amerika dari Afghanistan.

Hari Sabtu lalu (25/2), 2 orang penasihat militer senior Amerika yang tengah bekerja di gedung Kementrian Dalam Negeri Afghanistan di Kabul, ditembak kepalanya hingga tewas oleh beberapa pelaku yang diduga anggota Taliban. Kejadian ini begitu memukul Amerika dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam pasukan koalisi di Afghanistan hingga memaksa mereka menarik semua staff-nya dari kantor-kantor pemerintahan dan mempercepat panarikan pasukan dari Afghanistan.

Penembakan gaya eksekusi jarak dekat tersebut membuat kaget para pejabat Amerika dan sekutunya di Afghanistan, terutama karena dilakukan di kantor pemerintah yang dianggap paling ketat penjagaannya. Amerika memang sudah lama menyadari bahwa Taliban telah menginfiltrasi aparat keamanan Afghanistan, terbukti dengan sering terjadinya serangan di ibukota Kabul yang dikelilingi oleh berlapis-lapis penjaga keamanan. Namun insiden hari Sabtu tersebut terasa sangat mengguncangkan.

Sampai kini aparat keamanan Afghanistan dan NATO serta Amerika masih mencari tersangka penembakan yang telah teridentifikasi identitasnya. Taliban sendiri telah menyatakan bertanggungjawab atas insiden ini dan mengaku pelaku adalah anggotanya. Tindakan tersebut, klaim Taliban, sebagai aksi balasan atas insiden pembakaran Al Qur'an oleh tentara Amerika.

Dua penasihat keamanan Amerika itu, seorang letnan kolonel dan seorang mayor, ditembak di mejanya saat sedang bekerja. Diduga pelaku adalah orang yang memiliki akses ke dalam gedung tersebut. Dalam waktu beberapa jam saja setelah kejadian tersebut komandan Amerika dan NATO di Afghanistan, Jendral John Allen, langsung memerintahkan penarikan semua staff dan pejabat yang ditempatkan di kantor-kantor pemerintahan Afhanistan.

Sementara itu Taliban mengumumkan bahwa pelaku penembakan adalah simpatisannya yang bernama Abdul Rahman. Menurut Taliban, Abdul Rahman berhasil masuk ke gedung kementrian dalam negeri berkat bantuan seorang pegawai di kantor tersebut.

Aparat keamanan juga mengejar seorang anggota intel kepolisian Afghanistan bernama Abdul Saboor yang diduga turut terlibat dalam aksi penembakan. Yang bersangkutan langsung menghilang setelah kejadian tersebut. Namun masih belum jelas apakah ia hanya membantu aksi penembakan atau pelaku langsung.

Dilaporkan telah 30 lebih nyawa melayang, termasuk 2 penasihat militer Amerika itu, terkait insiden pembakaran Al Qur'an yang dilakukan aparat keamanan Amerika di pangkalan udara Bagram, Utara Kabul. Insiden tersebut memicu terjadinya aksi demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah Afghanistan menentang Amerika dan sekutu-sekutunya.

Insiden pembakaran Al Qur'an dan penembakan 2 penasihat keamanan Amerika telah memaksa kepala negara Amerika dan Afgahnistan untuk saling meminta ma'af, namun bagaimana pun kedua insiden ini membuat hubungan kedua negara semakin tidak harmonis.

"Tidak pernah seburuk saat ini dan hal ini bisa menjadi titik balik bagi misi perang barat di Afghanistan yang telah berjalan 10 tahun," kata Martine van Bijlert, analis politik dari Afghanistan Analysts' Network, New York.



Ref:
"U.S. Advisors Killed in “Execution-Style” Shooting"; News Brief – February 26, 2012 dalam thetruthseeker.co.uk, 26 Februari 2012


"Two US Troops Shot Dead, NATO Pulls Staff, Karzai Calls for Calm"; almanar.com.lb; 26 Februari 2012

No comments: