Tuesday 28 February 2012

PRES. LEBANON: ISRAEL MASIH MENDERITA KARENA KEKALAHAN DI LEBANON


Perang pernyataan terjadi baru-baru ini antara dua pemimpin negara yang bermusuhan, Israel dan Lebanon. Pada hari Rabu (22/2) PM Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan menyerang Lebanon seraya mengejek Lebanon sebagai negara yang tidak terdapat dalam map dunia. Pernyataan itu mendapat tanggapan keras dari Presiden Lebanon Michel Suleiman dengan menyebut Israel masih menderita karena kekalahan yang dideritanya dari Lebanon.

"Meskipun Lebanon tidak mendapatkan dukungan militer dan finansial sebagaimana Israel, Lebanon adalah satu-satunya negara yang telah mengalahkan Israel secara militer, dan Israel masih menderita karena kekalahan itu hingga sekarang," kata Suleiman kepada para wartawan di Istana Kepresidenan, Kamis (23/2). Ia merujuk pada perang Lebanon II tahun 2006 dimana Israel mengalami kekalahan hebat melawan milisi Hizbollah dan terpaksa menarik pasukannya dari Lebanon.

Suleiman mengecam pernyataan Netanyahu yang disebutkannya sebagai tidak berdasar. "Lebanon adalah negara yang telah berusia ribuan tahun. Ia berakar kuat dalam sejarah dan pernyataan tersebut tidak berpengaruh atas keberadaan Lebanon," tambah Suleiman.

Menambah ejekannya pada Israel lebih jauh Suleiman membandingkan keberadaan kedua negara. "Lebanon dengan keberagaman dan pluralismenya sangat berlawanan dengan Israel yang rasis," kata Suleiman.

Suleiman juga mengingatkan bahwa Lebanon adalah salah satu negara pendiri PBB dan penandatangan Deklarasi HAM PBB, sementara Israel sebagaimana ditunjukkan oleh pernyataan Netanyahu, dianggap sebagai pelanggar HAM.



NASRALLAH: KAMI TIDAK PERNAH TAKUT ISRAEL

Sementara itu pemimpin Hizbollah Sayyed Hassan Nasrallah turut berkomentar keras atas pernyataan bernada ancaman yang dilakukan Netanyahu. Dalam peringatan Hari Syuhada, JUmat (24/2), Nasrallah menyebut pernyataan tersebut sebagai "cerminan mental bangsa Israel yang berdasar pada pembunuhan, penyebaran teror serta pelanggaran nilai-nilai kesucian, sejak berdiri hingga saat ini".

Nasrallah juga menuduh Israel berada di balik segala tindak kerusuhan dan kekerasan yang terjadi di Timur Tengah sembari merujuk pada kasus pembakaran Al Qur'an di Afghanistan serta aksi-aksi pemboman yang terus terjadi di Irak.

"Kita harus waspada dengan peran Israel atas aksi-aksi pelanggaran kesucian di berbagai dunia, seperti yang terjadi di Amerika dan Afghanistan. Rencana zionisme adalah mengubah konflik menjadi permusuhan Muslim-Kristen dan kita sebagai Muslim harus berhati-hati, saat membela nabi kita tidak boleh menghina nabi-nabi umat lain, dan kita harus menyadari peranan Israel di balik berbagai kerusuhan di kawasan ini," kata Nasrallah melalui video yang disiarkan langsung dalam peringatan Hari Syuhada yang diadakan di Nabi Sheeth, Lembah Bekaa.

Nasrallah juga merujuk aksi pemboman di Baghdad baru-baru ini yang menewaskan puluhan orang dimana bom-bom mobil diledakkan di pagi hari saat orang tengah dalam kesibukan. "Itu adalah aksi pembunuhan keji dan itu bukan kejadian baru. Jika kita menghitung jumlah korban yang tewas karena aksi-aksi pemboman, jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa, di luar mereka yang tewas karena aksi pendudukan pasukan asing."

"Mengapa darah rakyat Iran menjadi korban? Siapa yang menginginkan Irak hancur? Saya ingin mengingatkan pernyataan saya dari awal pendudukan asing di Irak bahwa Israel ingin menghancurkan Irak karena jika bangsa Irak pulih dan bangkit ia akan menjadi bangsa yang kuat dengan potensi yang dimilikinya. Kami semua tahu bahwa rakyat Irak adalah orang-orang terdidik dan karenanya mereka akan menjadi pelopor model baru sebuah negara. Israel tidak menginginkan Irak semacam itu dengan latar belakang agamanya dan harapan-harapannya, karena Israel sadar bahwa angin perubahan akan bertiup dari timur (Iran, Irak, dan Palestina). Maka Israel ingin Irak dihancurkan dan tetap berkubang dalam konflik-konflik internal. Kita harus mengetahui bahwa inteligen Israel dan Amerika telah menginfiltrasi kelompok-kelompok "tafkiri" yang bertanggungjawab atas berbagai pembunuhan di Somalia, Pakistan dan beberapa negara Arab."

Mengenai ancaman Israel terhadap Lebanon, Nasrallah menyatakan, "Baik Netanyahu, Barak maupun Olmert tidak akan membuat kita takut. Biarkan mereka mengatakan sesukanya, mengancam dan sebagainya. Di masa lalu dimana orang mengatakan Israel tidak bisa dikalahkan, mereka tidak bisa menakuti kita, apalagi sekarang. Di masa lalu ketika jumlah kita sedikit dan bersenjata seadanya, sementara mereka memiliki jendral-jendral legendaris Sharon dan Rabin, mereka tidak bisa menakuti kita, apalagi sekarang ketika kita memiliki puluhan ribu milisi yang siap untuk mati syahid."

No comments: