Wednesday 13 June 2012

AMERIKA PREDIKSI PEMBANTAIAN BARU DI SYRIA

Amerika memprediksi pembantaian ala Pembantaian Houla bakal kembali terjadi di Syria. Tidak hanya itu, Amerika bahkan bisa menyebut lokasi bakal terjadinya pembantaian-pembantaian seperti itu. Tidak lain karena Amerika sendiri berada di balik pembantaian-pembantaian tersebut

Jubir deplu Amerika Victoria Nuland para hari Senin (11/6), dalam konperensi pers di Washington menuduh pemerintah Syria tengah merencanakan pembantaian-pembantaian baru terhadap rakyatnya sendiri. Ia bahkan menyebut lokasi-lokasi bakal terjadinya pembantian tersebut, yaitu di desa al-Haffa, provinsi Lataki, juga di kota Deir el-Zour, Daraa, Homs, Hama, dan pinggiran kota Damascus.

Nuland menuduh pemerintah Syria menggunakan taktik tersebut untuk membuat pemberontak jera. Namun tentu saja analisa paling rasional tidak akan mendukung tuduhan semacam itu. Regim Syria masih bisa bertahan dari intervensi militer asing karena dukungan Rusia dan China di PBB. Jika pemerintah Syria benar-benar melakukan pembantaian-pembantaian maka Rusia dan China tidak lagi memiliki alasan untuk membela regim. Selain itu sangat sulit bagi regim manapun di dunia untuk melakukan pembantaian terhadap rakyatnya sendiri, terutama wanita dan anak-anak, kecuali pembantaian itu dilakukan oleh oknum-oknum asing. Dan pasukan asing justru dimiliki oleh para pemberontak yang datang dari beberapa negara dan menyusup ke Syria melalui perbatasan Turki dan Lebanon.

Selain itu Nuland juga tidak menyinggung aksi terorisme pemberontak serta tindakan mereka mengabaikan upaya damai dan gencatan senjata yang tengah digelar oleh utusan PBB Kofi Annan. Pemberontak tidak saja mengabaikan upaya perdamaian Kofi Annan, mereka bahkan berupaya menggagalkannya, termasuk dengan menyerang personil-personil PBB yang bertugas di Syria.

Selama 15 bulan konflik di Syria, Pembantaian Houla tgl 25 Mei dimana lebih dari 100 warga sipil termasuk wanita dan anak-anak tewas dibantai, merupakan tragedi paling memilukan. Pemerintah Syria dan pemberontak saling menuduh sebagai pelaku pembantaian meski tim penyidik bentukan pemerintah Syria menemukan bukti-bukti kuat berdasar kesaksian warga bahwa pelaku pembantaian adalah pasukan pemberontak. Mereka menembaki dan menyembalihi warga sipil yang menjadi pendukung pemerintah di Houla, termasuk anak-anak yang tengah tertidur.


PEMBERONTAK GUNAKAN SENJATA KIMIA

Perkembangan serius kini terjadi dalam krisis Syria dimana pemberontak dikabarkan telah memiliki senjata kimia yang akan digunakan terhadap penduduk sipil dan kemudian menyalahkannya pada pemerintah Syria.

Sebagaimana ditulis oleh media Rusia, "Russia Today tgl 10 Juni lalu, para pemberontak telah mengantongi senjata kimia yang dikirim dari Libya dan kini tengah berlatih untuk menggunakannya dalam sebuah kamp pemberontak di Turki.

Senjata kimia merupakan sumber kekhawatiran internasional selama krisis di Libya tahun lalu. Ada ketakutan bahwa senjata-senjata itu jatuh ke tangan teroris dan bakal digunakan di berbagai tempat di dunia. Dan perlu dicatat bahwa unsur-unsur pemberontak Libya adalah sama dengan di Syria. Selain agen dan intel Israel, Qatar, Saudi, Amerika dan NATO, mereka adalah kelompok Al Qaida dan ekstremis Salafi. Sejauh ini regim baru di Libya hanya mengumumkan hilangnya rudal jinjing anti-pesawat.

Laporan senjata kimia pemberontak ini datang beberapa hari setelah jurnalis Inggris Alex Thomson dari "Channel 4" menuduh pemberontak Syria berupaya membunuh dirinya dan rekan-rekannya untuk kemudian dituduhkan kepada pemerintah Syria. "Kematian wartawan barat akan memberikan propaganda buruk bagi pemerintah Syria," katanya.

Perlu dicatat bahwa kematian 2 wartawan Perancis tahun lalu adalah akibat serangan mortir pemberontak terhadap para wartawan yang tengah mengikuti "tour" yang diorganisir oleh pemerintah Syria.



Sumber:
"US predicts another Houla-style massacre in Syria"; Press TV; 12 Juni 2012

"Syrian rebels aim to use chemical weapons, blame Damascus"; Russia Today; 10 Juni 2012

No comments: