Tuesday 25 December 2012

DJANGO YANG BUKAN LAGI DJANGO

Cukup sudah "kekonyolan" yang ditampilkan industri Hollywood yang dikuasai orang-orang yahudi. Selama ini mereka telah begitu massif "mengangkat" orang-orang kulit hitam demi memarginalkan orang-orang kulit putih, pendiri bangsa Amerika modern, agar mereka lebih leluasa menguasai Amerika juga negara-negara milik kulit putih lainnya. Namun kali ini saya tidak bisa lagi berdiam diri.

Mereka kini mengganti tokoh fiktif legendaris Django, jago tembak dalam film cowboy yang identik dengan aktor kulit putih Franco Nero, dengan aktor kulit hitam Jammie Fox. Saya tahu dan tidak peduli para yahudi Hollywood bakal mengganti tokoh-tokoh fiksi kulit putih menjadi kulit hitam: James Bond, Superman hingga Jesus Kristus. Namun tokoh Django berkulit hitam? Sangat menjengkelkan saya.

Tokoh Django yang dibintangi aktor kulit putih Franco Nero, adalah tokoh film pertama yang saya kenal. Saya masih ingat bagaimana saya dan almarhum Bapak saya dahulu sangat menyukai tokoh ini. Sepanjang ingatan saya, Django adalah film layar lebar yang pertama kali saya tonton saat saya masih balita.

Mengganti sosok Franco Nero dengan aktor kulit hitam adalah hal yang tidak terbayangkan. Namun inilah yang terjadi kini dengan munculnya film "Django Unchained" yang dirilis Hollywood menyambut liburan akhir tahun. Disutradarai oleh Quentin Tarrantino, film ini dengan sangat kurang ajar menggantikan tokoh Django yang kulit putih dengan aktor kulit hitam.

Torrentino memang dikenal sebagai penjilat pantat yahudi. Salah satu film buatannya yang menjadi kesukaan para zionis adalah film yang dibintangi aktor Bratt Pitt berjudul "Inglourious Basterd" yang secara vulgar menggambarkan balas dendam orang-orang yahudi dan cecere-cecerenya pada orang-orang Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Dan film "Django Unchained" adalah film jilat pantat yahudi-nya yang terbaru. Tanpa mengurangi hormat saya pada Torrentino yang telah menciptakan film-film kesukaan saya seperti "Pulp Fiction" dan "Kill Bill", harus saya katakan, "Tarrantino, you're really "jew ass sucker" bastard!".

Sebagaimana mereka mendorong arus imigrasi warga kulit hitam dan kulit berwarna ke negara-negara Eropa, Australia dan Amerika, yahudi berupaya memarginalkan orang-orang kulit putih dengan menggunakan sarana film. Setidaknya sejak tahun 1980-an kita bisa melihat jejak-jejak upaya tersebut. Awalnya mereka menjadikan aktor-aktor kulit hitam sebagai tokoh pendukung (misalnya film "Miami Vice" atau film "The A Team"). Selanjutnya mereka menjadikan aktor-aktor kulit hitam sebagai orang-orang yang cerdas (biasanya digambarkan sebagai ahli komputer) dan hebat (misalnya film "Die Hard" atau "Jurrasic Park"). Tidak berhenti sampai di situ, mereka kemudian menjadikan orang-orang kulit hitam sebagai panglima perang (Independence Day), presiden (Deep Impact) hingga Tuhan (Almighty).

Kemudian mereka menjadikan aktor-aktor kulit hitam sebagai jagoan utama (misal film-film yang dibintangi aktor Will Smith dan Wisley Snipes). Terakhir mereka menggantikan tokoh-tokoh fiktif kulit putih yang legendaris dengan aktor-aktor kulit hitam (film "Wild Wild West" dibintangi Will Smith sebagaimana juga film "Django Unchained", atau "Karate Kid" yang dulunya dibintangi Ralph Machio dengan anaknya Will Smith). Menurut kabar film James Bond mendatang juga bakal dibintangi oleh aktor kulit hitam. Film sukses yang identik sebagai filmnya kulit putih juga di-remake dengan menampilkan tokoh-tokoh kulit hitam. Misalnya saja film hits "Footloose" yang dulu dibintangi Kevin Bacon dan seluruh pemainnya berkulit putih, dalam film remake-nya banyak menyusupkan tokoh-tokoh baru yang berkulit hitam.

Pada saat yang sama mereka menampilkan orang-orang kulit putih sebagai orang-orang yang jahat, idiot hingga para zombie. Dalam film "Django Unchained" tokoh penjahatnya bahkan diperankan oleh aktor Leonardo di Caprio. Aktor tampan yang jauh lebih terkenal itu bahkan harus mengalah menjadi penjahat dan menyerahkan peran utamanya pada aktor berkulit hitam yang tidak begitu dikenal.

Marginalisasi terhadap kulit putih juga terjadi di industri musik. Jika dahulu industri ini masih didominasi oleh penyanyi-penyanyi kulit putih, maka kini didominasi oleh Beyonce, Rihanna, Puff Daddy, Usher dll.

Tapi tunggu dulu. Bagi Anda yang sinis dengan "teori konspirasi", bukankah marginalisasi juga terjadi di sektor-sektor lain? Direktur NASA, lembaga prestisius karena identik dengan teknologi tinggi itu kini dipimpin oleh orang kulit hitam. Juga Jaksa Agung. Juga kepresidenan. Saya belum bisa membayangkan jika hal serupa terjadi di Indonesia saat orang-orang, katakanlah etnis tionghoa, menduduki jabatan-jabatan sangat strategis.

Akibat kebijakan "pintu terbuka" bagi imigran asing yang didorong oleh para zionis dan cecere-nya orang-orang liberal idiot terutama para pendukung partai Demokrat, warga kulit putih bakal menjadi kaum minoritas dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini saja beberapa kota yang dahulu dihuni mayoritas oleh orang kulit putih, telah berubah menjadi kotanya warga kulit hitam. Contohnya New Orleans. Sejalan dengan itu kota-kota itu berubah menjadi kota-kota kumuh dengan tingkat kejahatan tinggi. Taman-taman dan fasilitas-fasilitas publik banyak yang ditinggalkan orang-orang kulit putih yang memilih pindah ke pinggiran kota.

Di negara-negara Afrika seperti Afrika Selatan dan Zimbabwe kondisinya bahkan lebih parah lagi hingga mirip sebagai fenomena "etnic cleansing". Para petani kulit putih banyak yang diteror dan diusir dari tanah-tanah pertanian mereka oleh para "aktifis" kulit hitam.

Tidak heran jika kini muncul para pembela hak-hak kulit putih seperti David Duke. Namun para zionis dan cecere-cecere-nya orang-orang liberal idiot selalu menuduh mereka sebagai kauma "neo nazi", "penyebar kebencian", "intoleran", "ultranasionalis", "ekstremis kanan" dan lain sebagainya. Kini istilah "orang-orang intoleran" juga sudah mulai banyak disebut-sebut media massa Indonesia. Itu semua adalah satu bagian dari skenario jahat melemahkan mayoritas dengan mendukung yang minoritas agar nantinya tidak ada lagi satu identitas kolektif yang bisa menandingi para zionis. Sebagaimana tersebut dalam dokumen Protocols of the Learned Elders of Zion:

"Kita akan menghancurkan semua identitas kolektif (agama, bangsa, negara, suku dll) kecuali identitas kolektif kita sendiri."

No comments: