Tuesday 11 December 2012

PEDOPHILIA YG SEGERA DILEGALISIR

Jika saja Jimmy Savile hidup beberapa tahun lagi, ia mungkin akan mendapatkan negerinya (Inggris) telah melegalkan praktik pedophilia atau melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Dan bukannya dikutuki seluruh rakyat Inggris dan dunia atas aksi-aksi menjijikkan yang telah ia lakukan selama ini, ia bahkan mungkin akan diangkat sebagai "pahlawan nasional" setelah beberapa penghargaan yang telah ia terima di antaranya gelar bangsawaan kerajaan Inggris dan gelar ksatria Vatikan.

Sebagaimana telah dilakukan oleh para aktifis seks sesama jenis, para aktifis pedophilia kini menggunakan taktik yang sama untuk mendapatkan kesamaan hak. Mereka mengklaim bahwa orientasi seks mereka sebagai sesuatu yang alami. Jika seorang homoseks melakukan hubungan seks dengan sesama jenisnya dan dianggap okey, mengapa disalahkan seorang kakek tidur dengan anak kecil?

"Jika seorang laki-laki menawarkan gula-gula kepada seorang anak kecil dan sang anak tidak keberatan melakukan seks, apa masalahnya?" Begitu argumen yang dikemukakan para aktifis pejuang hak-hak pedophilia.

Ketika para penolak legalisasi homoseksual berdalih bahwa jika "homoseksual" hanya dianggap sebagai suatu "gaya hidup alternatif" yang legal, maka secara logika semua hal yang menyimpang bisa dianggap legal. Para "pejuang demokrasi dan kesamaan hak" mengklaim bahwa hal itu hanya berlaku untuk homoseksual saja. Ternyata mereka bohong. Mereka kini menuntut legalisasi pedhopilia, beastianity (seks dengan binatang) hingga necrophilia (seks dengan mayat)

Pada tahun 1973 American Psychiatric Association (APA) menghapuskan homoseksual dari daftar penyakit mental. Hal itu menjadi dasar dari gerakan legalisasi homoseksual di berbagai negara di dunia. Kini sekelompok psychiatric memulai kampanye untuk menghapuskan pedopholia dari daftar yang sama.

Mereka mulai menyebut pedophilia sebagai “minor-attracted people” (orang-orang yang tertarik pada anak kecil) dan menganggap kata “pedophile” sebagai "terlalu kasar" dan "berkonotasi negatif". Mereka berfikir, jika orang-orang bisa dicuci otaknya untuk menerima homoseksual sebagai hal wajar, tentu hal yang sama bisa dilakukan untuk hal pedophilia.

Karena tujuannya adalah melegalkan pedophilia, maka makna dari "pedophilia" sendiri harus lebih dihargai atau setidaknya dikurangi konotasi negatifnya. Di sisi lain kepada orang-orang yang anti-pedophilia juga telah disiapkan stigma negatifnya sehingga orang akan berfikir dua kali untuk mengekspresikan ketidak senangannya, yaitu "pedophobe".

Lihatlah, mereka bakal menuduh para pelindung anak-anak dari kejahatan seksual sebagai "pembenci anak", sementara kepada para pelaku pedophilia mereka menyebutnya sebagai "penyayang anak". Tidak lama lagi istilah "pedophobe" akan sama ampuhnya dengan istilah "anti-semit" untuk para pembenci yahudi.

Dalam upayanya mengkampanyekan legalisasi pedophilia, pada tahun 1998, APA mengeluarkan laporan yang menyebutkan bahwa "potensi negatif dari hubungan seks antara orang dewasa dengan anak-anak telah "dilebih-lebihkan" dan kebanyakan  pria dan wanita melaporkan tidak adanya efek negatif dari pengalaman seksual di masa kecil".

Tahun ini, 2 orang psikologis Kanada menyatakan bahwa pedophilia hanya suatu orientasi seksual biasa sebagaimana halnya homoseksual, dan karenanya tidak perlu dipersoalkan.

Van Gijseghem, seorang psikolog dan pensiunan professor dari University of Montreal, di hadapan parlemen Kanada mengatakan, "pedophilies are not simply people who commit a small offense from time to time but rather are grappling with what is equivalent to a sexual orientation just like another individual may be grappling with homosexuality.”

Sedangkan Dr. Quinsey, profesor emeritus psikologi di Queen’s University,  Ontario, menyebut pedophilia bukan penyakit kejiwaan yang bisa disembuhkan dengan tindakan atau terapi.

Kemudian pada bulan Juli 2010, Harvard Health Publications menyatakan bahwa, "Pedophilia adalah suatu orientasi seksual yang tidak mungkin bisa diubah.”

Harvard, 25%-nya kini dihuni oleh mahasiswa yahudi. Dosennya jauh lebih tinggi lagi prosentasenya. Dengan reputasinya yang melangit, bisa diperkirakan bagaimana dampaknya jika mereka mulai melakukan kampanye pro-pedophilia. Kini di universitas ini telah berdiri klub para pecinta seks sadis (masochists).

Linda Harvey dari gerakan misionaris kristen Mission America, mengatakan bahwa kampanye persamaan hak bagi para pedophilia akan semakin sering dilakukan. "Ini bagian dari suatu rencana untuk membiasakan seks pada anak-anak," kata Linda.



SEKSUALISASI ANAK-ANAK OLEH MEDIA MASSA

(BERSAMBUNG)

No comments: