Thursday 3 January 2013

HARAPAN BARU UNTUK SYRIA

Masyarakat dunia yang peduli dengan penderitaan rakyat Syria kini menunggu dengan harap-harap cemas berlangsungnya pertemuan negara adidaya Amerika dengan Rusia yang akan dilangsungkan di Geneva, Swiss pertengahan bulan depan. Pertemuan tersebut diharapkan akan bisa mengakhiri konflik bersenjata di Syria yang telah menelan sekitar 60.000 jiwa sejak bulan Maret 2011.

Namun terlepas dari hasil pertemuan tersebut yang sudah pasti adalah gerakan zionisme global gagal mewujudkan ambisinya menumbangkan regim Bashar al Assad untuk digantikan dengan regim baru yang bersahabat dengan Amerika dan Israel. Padahal sampai detik terakhir saat ini media-media terafiliasi zionisme internasional masih saja berteriak-teriak "regim Bashar al Assad tidak lama lagi pasti tumbang". (Sejak berbulan-bulan lalu hingga Rabu malam lalu (2/1) para narasumber favorit acara "Kabar Timur Tengah" TVOne terus saja berkata: "Inilah tanda-tanda nyata bahwa kekuasaan Bashar al Assad telah di ujung tanduk.")

Padahal fakta yang sebenarnya jauh dari perkiraan mereka. Dalam pembicaraan terakhir antara Bashar al Assad dengan utusan PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi bulan lalu Assad dengan tegas mengesampingkan tuntutan zionis internasional untuk mengundurkan diri dari jabatan presiden, meski ia setuju untuk dibentuknya pemerintahan sementara hingga dilangsungkannya pemilu eksekutif-legislatif. Assad juga menolak dilakukannya restrukturisasi terhadap militer dan inteligen Syria yang selama ini menjadi tulang punggung kekuasaannya.

Kegigihan Assad terdengar lagi setelah berlangsungnya pertemuan antara Brahimi dengan menlu Rusia Sergei Lavrov pekan lalu di Moskwa. Seolah menjadi juru bicara Assad, Lavrov mendesak pemberontak untuk membuang jauh-jauh tuntutan mereka untuk menumbangkan Assad dari kekuasaan atau mereka bakal mengalami kekalahan. Sebaliknya Lavrov justru mendesak pemberontak untuk menghentikan pemberontakan bersenjata mereka dan menggantinya dengan negosiasi. Sikap Rusia itu tidak berubah sejak awal terjadinya krisis di Syria hingga saat ini. Beberapa sikap Rusia yang lainnya adalah:

- Menentang campur tangan langsung oleh negara-negara barat.
- Menentang sanksi-sanksi terhadap pemerintah Syria yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB.
- Menganggap hasil Pertemuan Genewa sebagai satu-satunya dasar pemecahan masalah Syria. Dalam pertemuan antara berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Syria yang diadakan pertengahan tahun lalu itu disepakati pembentukan pemerintahan sementara di Syria tanpa syarat apapun, termasuk mundurnya Bashar al Assad.

Sikap tegas Rusia ini juga dilakukan oleh Iran. Pertengahan bulan lalu Iran mengajukan rencana perdamaian Syria dengan 6 point rencana yang secara esensi tidak berbeda dengan hasil Pertemuan Geneva.

Dukungan Rusia dan Iran membuat pemerintahan Bashar al Assad tetap memiliki kepercayaan diri tinggi untuk bertahan. Hal ini diikuti dengan langkah militer yang berhasil menggagalkan kembali upaya pemberontak merebut ibukota Damaskus dan diikuti dengan operasi pembersihan di berbagai kota strategis terhadap keberadaan pasukan pemberontak.

Dalam beberapa hari mendatang tampaknya perang akan kembali berkobar dengan masing-masing pihak berusaha mendapatkan pijakan lebih kuat sebagai daya tawar-menawar dalam pertemuan Amerika-Rusia mendatang.


4 PILOT TURKI DITANGKAP SYRIA

Sementara itu dikabarkan koran Syria Al Watan, Senin (31/12), aparat keamanan Syria berhasil menangkap 4 orang pilot Turki yang berusaha menyerang satu pangkalan udara di utara Aleppo.

Al Watan tidak menyebutkan lebih mendetil tentang nasib ke-empat pilot tersebut saat ini kecuali menyebutkan keempatnya ditangkap saat berusaha menyelinap ke pangkalan udara sasarannya bersama-sama dengan sekelompok pemberontak bersenjata.

Al Watan selanjutnya mengabarkan bahwa sekitar 100 pasukan pemberontak tewas akibat pemboman udara yang dilakukan AU Syria terhadap kantor departemen keuangan di kota al-Sufaira town, yang menjadi markas pemberontak.

Al Watan juga menyebutkan tentara pemerintah berhasil menewaskan sejumlah besar pemberontak di kota al-Rastan provinsi Homs. Selain itu pertempuran juga kembali terjadi di kamp pengungsi Palestina di Yarmouk antara pasukan pemberontak melawan pejuang Palestina pro-pemerintah Syria. Beberapa hari sebelumnya para pejuang Palestina yang dibantu tentara pemerintah berhasil menggagalkan serangan pemberontak yang hendak menjadikan Yarmouk sebagai basis bagi serangan terhadap Damaskus.


SUMBER: almanar.com; 31 Desember 2012

No comments: