Saturday 26 January 2013

PERANCIS DAN SAUDI FRUSTASI DGN PERKEMBANGAN SYRIA

Perancis dan Saudi, 2 negara yang berperan besar dalam upaya penggulingan pemerintahan Syria, menyatakan frustasi atas perkembangan di Syria yang tidak sesuai harapan mereka.

"Segalanya tidak berjalan seperti rencana. Solusi yang telah lama kita harapkan, yaitu tumbangnya pemerintahan Bashar al Assad dan naiknya oposisi ke tampuk kekuasaan, tidak terlaksana," kata Menlu Perancis Laurent Fabius kepada wartawan, Kamis (24/1).

Padahal Fabius adalah pejabat barat yang berulangkali menyatakan keyakinan kuat bahwa Bashar al Assad akan segera tumbang. Terakhir pada bulan Desember 2012 lalu Fabius mengatakan bahwa kekuasaan Bashar al Assad telah "hampir berakhir". Selain itu Perancis adalah negara pertama yang mengakui kelompok oposisi Syrian National Council (SNC) sebagai wakil resmi bangsa Syria.

SNC dibentuk bulan November 2012 di Qatar dengan dukungan negara-negara barat, Turki, Saudi dan Qatar. Pada tgl 16 November 2012 Perancis mendesak Uni Eropa untuk menghentikan embargo senjata terhadap Syria sehingga bisa mempersenjatai oposisi Syria dalam upayanya menumbangkan Bashar al Assad.

Sikap agresif Perancis dalam mendukung oposisi Syria mendapat kecaman Rusia. Pada tgl 26 November 2012 PM Rusia Dmitry Medvedev menyatakan bahwa, "keinginan untuk mengganti kekuasaan politik di suatu negara dengan mengakui sekelompok politik lain sebagai satu-satunya wakil resmi negara itu, bagi saya tampak sama sekali tidak berbudaya."


KEPUTUS-ASAAN SAUDI

Keputus-asaan atas perkembangan Syria juga diungkapkan oleh pejabat Saudi. Di sela-sela pertemuan "Arab Social and Economic Development Summit", menlu Saudi Saud Al-Faisal menyatakan bahwa negara-negara Arab (sebenarnya hanya Saudi dan Qatar) telah mencapai titik jenuh atas masalah Syria. Selanjutnya ia menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah tegas atas masalah Syria.

Faisal selanjutnya menuduh pemerintahan Syria telah menolak semua upaya diplomatik atas krisis di Syria, termasuk resolusi DK PBB. Padahal justru para pemberontak dan negara-negara pendukungnya-lah yang terus-menerus menolak penyelesaian politik yang realistis. Mereka menolak solusi damai yang ditawarkan pemerintah Iran dan solusi damai berdasarkan Kesepakatan Genewa yang ditandatangani tahun 2012. Terakhir mereka juga menolak tawaran penyelesaian yang diajukan Presiden Bashar al Assad tgl 6 Januari lalu. Adapun tentang resolusi Dewan Keamanan, semuanya belum menjadi keputusan karena ditolak Rusia dan China.

"Apa yang bisa kita lakukan untuk memenangkan pertempuran? Ya, situasi di Syria sangat buruk dan Dewan Keamanan PBB menjadi penanggungjawab atas masalah ini. Jika PBB tidak bertindak, situasi di Syria akan semakin buruk," kata Faisal.


ASSAD RAIH DUKUNGAN

Sementara itu momen Maulid Nabi Muhammad S.A.W digunakan Bashar al Assad untuk menunjukkan dukungan rakyat kepadanya. Hari Kamis (24/1) lalu Bashar al Assad mengikuti perayaan Maulid Nabi di Masjid Al Afram, Damaskus, menjadi peristiwa pertama kemunculan beliau di depan umum sejak pidato politik tentang penyelesaian krisis Syria pada tgl 6 Januari lalu.

Dalam perayaan tersebut Assad duduk diapit oleh Grand Mufti Ahmad Hassoun yang merupakan pemimpin tertinggi kaum Sunni Syria, dan menteri agama Mohammed Abdel Settar.

Dalam kutbah yang disampaikannya menteri agama menyerukan seluruh warga Syria, tidak hanya para loyalis presiden Bashar namun juga para oposan, muslim maupun non-muslim, wanita maupun pria, untuk tidak menghabiskan waktu dengan melukai dan menghancurkan kesatuan Syria yang selama ini terbentuk, dan mengkhianati rakyat Syria.

"Kembalilah ke jalan yang dipandu oleh Rosul kita. Presiden telah memberikan kesempatan. Masa penyelamatan telah tiba dan pintu dialog telah terbuka," kata Abdel Settar menyebut inisiatif perdamaian yang diusulkan Bashar al Assad tgl 6 Januari lalu. Abdel Settar menyebutkan bahwa pada saat yang sama jutaan rakyat Syria telah berdoa di masjid-masjid bagi tercapainya perdamaian di Syria.
  
Setelah upacara berakhir, ratusan orang mengerubuti Bashar al Assad untuk memberikan salam serta ekspresi dukungan kepadanya.



REF:
"France says frustrated as efforts fail to topple Assad"; Press TV; 25 Januari 2013
"Saudi Arabia: What Could We Do to Win the Battle in Syria?"; Al Manar TV; 23 Januari 2013

No comments: