Thursday 9 January 2014

BILA IRAN TURKI SALING MENDEKATI

Apa alasan PM Turki Tayyep Erdogan menuduh "kekuatan asing" berada di belakang kasus penyidikan korupsi terhadap kroni-kroninya, hingga membuatnya melakukan perlawanan keras dengan memecat ratusan pejabat kepolisian terkait dengan penyidikan tersebut?

Erdogan tentunya tidak asal ngomong. Direktur Bank BUMN yang ditangkap aparat kepolisian adalah pejabat yang memfasilitasi pembayaran penjualan minyak Iran ke Turki di tengah-tengah sanksi ekonomi yang diterapkan Amerika dan Eropa terhadap Iran. Sementara seorang pengusaha yang ditangkap terkait kasus tersebut adalah seorang perantara perdagangan "rahasia" Turki dan Iran yang ternyata nilainya luar biasa besar. Bagi Erdogan dan kolega-koleganya, kasus penyidikan tersebut didorong oleh kepentingan Amerika dan Eropa yang tidak menyukai Erdogan yang telah mengibuli Amerika dan Eropa dengan tetap menjalin hubungan ekonomi dengan Iran.

Apalagi dengan adanya upaya sistematis untuk memarginalkan Ikhwanul Muslimin (gerakan ini merupakan akar idiologis partai Keadilan yang dipimpin Erdogan) yang dilakukan Amerika bersama sekutunya, Saudi, Erdogan tidak melihat faktor lain selain "kekuatan asing" sebagai dalang krisis politik yang kini dialami Erdogan menyusul kasus penyidikan terhadap kroni-kroni dekatnya itu.

Ya, jika dulu Iran hanyalah "ban serep" untuk mendukung eksistensinya sebagai kekuatan politik regional, seiring menjauhnya Amerika dan Eropa serta sekutu-sekutu regionalnya, Turki kini menganggap Iran sebagai sekutu utama. Dan sebaliknya pula bagi Iran, marginalisasi Ikhwanul Muslimin (salah satu indikasi jelasnya adalah dukungan Amerika terhadap kudeta militer yang dilakukan atas Presiden Mesir Mohammad Moersi) termasuk Turki (Amerika dan Eropa beramai-ramai mengecam keras Turki atas tindakan kerasnya terhadap aksi-aksi demonstrasi pertengahan tahun lalu. Uni Eropa juga terus mengulur waktu keanggotaan Turki dalam kelompok Uni Eropa), memberi peluang besar untuk meraih simpati para pengikut Ikhwanul Muslimin yang sangat signifikan jumlahnya di Timur Tengah dan sekaligus memperkuat posisi politik Iran di kawasan.

Dan atas hal-hal tersebut di atas maka kedua pemimpin pemerintahan kedua negara akan saling melakukan kunjungan persahabatan. Erdogan telah merencanakan untuk mengadakan kunjungan ke Iran akhir bulan ini yang akan dibalas dengan kunjungan balasan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani beberapa waktu kemudian. Demikian keterangan Menlu Turki Ahmet Davutoglu baru-baru ini.

“Setelah Rouhani menjadi Presiden Iran, Turki dan Iran sepakat untuk menjalin komunikasi secara rutin, jika mungkin sebulan sekali, untuk mendiskusikan agenda kerjasama dan saling bertukar pandangan. Saya bisa katakan bahwa kami telah menyelesaikan hal ini selama 5 bulan terakhir," kata Davutoglu kepada pers, Selasa (7/1).

Davutoglu juga menegaskan bahwa Iran dan Turki telah setuju untuk membentuk dewan kerjasama tingkat tinggi yang akan diselesaikan pembentukannya sebelum kunjungan Erdogan ke Iran.

Dalam beberapa bulan terakhir para pejabat tinggi kedua negara telah terlibat kegiatan saling mengunjungi. Sebelumnya, pada hari Sabtu (4/1), menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengadakan kunjungan ke Turki dan bertemu dengan Erdogan serta Davutoglu. Dalam pertemuan tersebut kedua pimpinan menyatakan tekad bersama untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara. Sementara Davotoglu dalam kunjungannya ke Iran bulan November lalu mengatakan bahwa Turki bisa menjadi koridor energi bagi Iran. Di sisi lain pada bulan Oktober, menteri energi Turki mengumumkan bahwa Turki akan meningkatkan impor gas dari Iran dari jumlah impor saat ini yang mencapai 10 miliar kubik meter per-tahun.

Pada awal November tahun lalu, menlu Iran Mohammad Javad Zarif dalam kunjungannya ke Turki menyebutkan bahwa Iran dan Turki merupakan 2 "kekuatan besar yang berpengaruh" di kawasan yang bisa memberikan kontribusi besar bagi perdamaian di kawasan Timur Tengah.

"Kedua negara bisa saling bertukar pandangan dan bekerjasama untuk mengundang kelompok-kelompok yang bertikai di kawasan ke meja dialog dan mengambil langkah maju ke arah perdamaian yang mapan dan keamanan di kawasan," kata Zarif di Istambul tgl 1 November 2013 lalu.

Iran merupakan sumber energi gas terbesar bagi Turki setelah Rusia. Oleh Turki, gas tersebut banyak digunakan sebagai sumber pembangkit listrik.


TURKI BOCORKAN JARINGAN MOSSAD PADA IRAN
Satu bagian dari langkah-langkah yang dilakukan Iran dan Turki meningkatkan hubungan kedua negara adalah adanya laporan yang menyebutkan bahwa Turki telah membocorkan jaringan mata-mata dinas inteligen Israel Mossad kepada Iran.

Menurut kolumnis Washington Post David Ignatius dalam artikelnya bulan Oktober lalu, pemererintah Turki telah membocorkan identitas 10 warga negara Iran yang bekerja untuk Mossad.

"Sumber-sumber terpercaya menyebutkan bahwa tindakan Turki merupakan kehilangan besar bagi Israel sebagai upaya Turki untuk "menampar" Israel," tulis Ignatius dalam artikelnya di Washington Post tgl 16 Oktober tahun lalu.

Menurut Ignatius tindakan Turki tersebut menjadi alasan bagi Israel untuk menolak meminta ma'af atas serangan militernya terhadap penumpang kapal Mavi Marmara tahun 2010. Israel baru meminta ma'af setelah Presiden Amerika Barack Obama bertindak menengahi perseteruan kedua negara, bulan Maret 2013. Namun demikian ketegangan hubungan kedua negara masih terjadi hingga saat ini.



REF:
"Erdogan to visit Iran later in January: Davutoglu"; PRESS TV; 7 Januari 2014
"Turkey exposed 10 Mossad spies to Iran in 2012"; PRESS TV; 17 Oktober 2014
"Turkey blows Israel’s cover for Iranian spy ring"; David Ignatius; Washington Post; 17 Oktober 2013

No comments: