Friday 22 April 2016

Amerika Cemas, Rusia-Iran Kerahkan Kekuatan untuk Serang Aleppo

Indonesian Free Press -- Amerika mencemaskan pengerahan kekuatan secara serius oleh Rusia dan Iran dalam rangka perebutan kota strategis Aleppo. Tidak lain, karena Amerika khawatir bahwa sekutu-sekutunya di suriah akan hancur bersama hancurnya ambisi Amerika untuk menggantikan regim Bashar al Assad dengan sekutunya.

Jubir Departemen Pertahanan Amerika Kolonel Steve Warren, hari Rabu (20 April) mengatakan Amerika 'khawatir' dengan rencana Rusian dan Iran menyerang Aleppo dengan mengerahkan kekuatannya di sekitar kota tersebut.

"Kami telah melihat pasukan regim Suriah, dengan dukungan Rusia telah memulai pengerahan kekuatan di sekitar Aleppo,” kata Steve Warren.

“Ini adalah yang kami khawatirkan," tambahnya.

Pernyataan ini terkait dengan sejumlah pengamat yang menyebutkan Rusia telah meningkatkan kekuatannya di sekitar Aleppo, dengan memindahkan unit-unit artileri yang sebelumnya digunakan untuk merebut kota Palmyra. Pesawat-pesawat tempur, helikopter dan pasukan khusus Rusia juga telah dipindahkan ke Aleppo.

Pada saat yang sama milisi-milisi Shiah dan tentara reguler Iran juga telah mengkonsentrasikan diri di sekitar Aleppo.

“Pasukan regim tampaknya tengah mempersiapkan untuk mengisolir kekuatan-kekuatan pemberontak di dalam dan sekitar Aleppo,” kata seorang pejabat inteligen Amerika kepada media Rusia Sputnik News.

Menurut pejabat tersebut Rusia dan Suriah serta Iran tengah berusaha untuk memutus jalur logistik dan senjata kelompok-kelompok pemberontak.

“Kami juga melihat tanda-tanda pertempuran di sebelah barat-daya Aleppo antara pasukan Suriah yang didukung Rusia dengan kelompok-kelompok oposisi,” tambahnya.

Rusia mengklaim pihaknya hanya menyerang kelompok-kelompok teroris, yang tidak dilindungi oleh kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi PBB. Namun berdasarkan jenis-jenis senjata yang dikerahkan, diyakini Rusia tidak akan membedakan antara kelompok-kelompok teroris dengan pemberontak 'moderat' yang didukung Amerika dan dilindungi oleh gencatan senjata.

"Rusia telah mulai mengubah bentuk pengerahan kekuatannya," kata analis dari Institute for the Study of War, Genevieve Casagrande dalam sebuah panel diskusi hari Rabu, seperti dilaporkan Sputnik News.

“Tipe-tipe senjata ini tidak diperlukan jika hanya untuk memerangi ISIS,” katanya.

Sputnik News juga melaporkan, sementara Rusia menjadi kekuatan utama dalam offensif di Aleppo, Iran dan milisi-milisi Shiah yang dimobilisir dari sejumlah negara, juga memainkan peran krusial.

“Banyak dari pejuang Shiah ini tetap bertempur bahkan di tengah gencatan senjata," kata Phillip Smyth analis politik dari University of Maryland, yang mengkonsentrasikan dirinya pada kelompok-kelompok militan Shiah.

“Mereka kini tampak lebih banyak dan lebih terbuka (menampakkan diri) terutama di sekitar wilayah Aleppo,” tambahnya.

Dan meski jumlah korban di antara milisi-milisi Shiah dan tentara Iran tidak bisa dikatakan kecil selama konflik di Suriah, hal itu tidak mengurangi mobilisasi mereka ke Aleppo. Smyth memperkirakan jumlah milisi Shiah di Suriah mencapai 14.000 orang, ditambah sekitar 3.500 pasukan Iran.


Penggelaran Artileri Rusia di Aleppo
Kantor berita Iran Fars News Agency (FNA) melaporkan, Kamis (21 April) bahwa Rusia telah menggelar unit-unit artileri di Suriah utara termasuk Aleppo untuk menghancurkan kelompok-kelompok pemberontak di sekitar perbatasan Turki.

"Rusia telah menempatkan unit-unit artileri di Suriah Utara, termasuk di dekat kota Aleppo,” tulis FNA mengutip sumber inteligen militer.

Pada hari yang sama, Menlu Suriah Walid al-Muallem menuduh Turki dan sejumlah negara lainnya terus menyelundupkan senjata kepada kelompok-kelompok teroris, termasuk dengan senjata-senjata modern. Ini pada saat sejumlah kelompok pemberontak mengumumkan offensif baru melawan pasukan Suriah setelah gagalnya perundingan damai di Genewa.

Muallem juga menuduh negara-negara Saudi Arabia, Turki, dan Qatar, serta sejumlah negara barat seperti Inggris dan Perancis telah menggagalkan perundingan yang digagas Amerika dan Rusia.

Sementara Perdana Menteri Suriah Al Halqi menuduh lebih dari 5.000 pemberontak pada minggu lalu telah menyeberang perbatasan Turki ke Provinsi Aleppo dan Idlib di Suriah.(ca)

2 comments:

Kasamago said...

Siapa saja akan cemas, bila Produser dan sutradara akan kehilangan aktor2 terbaik nya..
Kemenangan atas Aleppo, Raqqa dan seluruh kota penting lain dekat perbatasan turki akan menjadi penanda berakhirnya perlawanan para teroris.. semoga saja

Unknown said...

Sungguh menyakitkan usaha yg dibangun 5 tahun lebih berantakan tak tersisa benteng terakhir alepo dan raqa habis benteng ini lenyap para setan durjana tinggal mengacau di Afrika dan Yaman pelan pelan akan lenyap sungguh barapa biaya yg dikeluarkan oleh sponsor teroris