Tuesday 21 June 2016

Raja dan Putra Mahkota Saudi Kritis, Menhan Terbang ke Amerika

Indonesian Free Press -- Deputi Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Saudi Arabia, Pangeran Mohammad bin Salman, dikabarkan telah terbang ke Amerika untuk bertemu Presiden Obama membahas masa depan negeranya. Hal ini setelah Raja Salman dan Putra Mahkota Pangeran Nayef mengalami krisis kesehatan yang serius secara bersamaan.

Mengutip keterangan Bruce Riedel, mantan pejabat inteligenc pemerintahan Barack Obama, kepada NBC News hari Jumat (17 Juni), Veterans Today dalam laporannya hari Senin (20 Juni) menyebutkan pada saat itu Pangeran Salman tengah berada di Amerika untuk bertemu Presiden Obama dan para pejabat Amerika karena kondisi kesehatan Raja dan Putra Mahkota yang tengah kritis. Dalam pertemuan itu kedua pihak sepakat untuk menjaga hubungan strategis kedua negara.

"Kami telah melihat sejumlah tanda terkait dengan Mohammed bin Nayef. Ini adalah langkah cerdik baginya. Sebuah kesempatan untuk memperkenalkan dirinya lebih dekat (dengan para pejabat Amerika)," kata Riedel.

Meski Amerika tidak begitu menyukai langkah-langkah Bin Salman yang keras, pertemuannya dengan Obama, John Kerry dan para pejabat Amerika telah membawa kesepakatan bahwa Amerika tidak bisa menolaknya sebagai pemimpin Saudi, meski Amerika sebenarnya lebih menyukai Pangeran Nayef.

Sementara itu terdapat sejumlah laporan yang saling bertolak belakang tentang kesehatan Putra Mahkota bin Nayef, dengan beberapa laporan yang menyebut pangeran berusia 56 tahun itu dalam kondisi sehat dan tengah mengadakan wisata berburu di Aljazair.

"Kunjungan bin Salman didisain untuk membuatnya sekutu nomor satu Amerika dengan menyingkirkan bin Nayef," tulis Veterans Today.

Sebelumnya pada awal Juni ini sejumlah laporan menyebutkan bahwa Raja Salman semakin kritis kesehatannya, dan Bin Salman yang merupakan putra kandung Raja Salman, melarang semua siapapun untuk bertemu dengan Raja. Bahkan keluarga kerajaan sendiri maupun utusan negara-negara asing dilarang bertemu Raja tanpa seijinnya.

Sebelumnya, Raja Salman juga berusaha menyembunyikan kesehatannya, dengan menempatkan bunga besar di depannya saat bertemu para tamu raja berumur 80-an tahun ini.

Sumber-sumber yang dekat dengan keluarga kerajaan menyebutkan bahwa Raja Salman mengalami penyakit dementia, penyakit mental yang mengganggu aktifitas sehari-hari, termasuk berbicara.

Hal ini mendorong terjadinya persaingan diam-diam namun intens antara Putra Mahkota Pangeran Nayef dengan Pangeran Bin Salman, yang diangkat sebagai Deputi Putra Mahkota dan Menteri Pertahanan tidak lama setelah Raja Salman menduduki jabatan. Apalagi setelah bin Salman, dengan dukungan Raja, mengubah secara drastis kebijakan politiknya menjadi lebih agresif dengan menyerang Yaman dan menghukum mati ulama Syiah terkemuka, selain dukungan kepada para teroris di Suriah dan Irak.

Pada saat yang sama Saudi kini mengalami kesulitan keuangan yang serius karena anjloknya harga minyak dunia yang memaksa pemerintah mempertimbangkan menjual sebagian saham Aramco, perusahaan minyak negara. Otoritas moneter Saudi (SAMA) mengalami defisit anggaran sebesar 21.6% dari GDP pada tahun 2015. Kondisinya semakin memburuk setelah IMF memprediksi defisit anggaran akan melonjak menjadi 20% dari GDP tahun ini.

Demi membeli kesetiaan para pemimpin Arab dalam persaingannya melawan Iran, Saudi juga dikabarkan telah menggelontorkan banyak uang yang semakin memperburuk keuangan negara.(ca)

No comments: