Wednesday 3 August 2016

Pemimpin Tertingi Iran Kembali Kecam Perundingan Nuklir

Indonesian Free Press -- Pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei kembali menyuarakan kritikannya atas perundingan nuklir Iran yang dianggap tidak sesuai harapan Iran.

Seperti dilaporkan Reuters, Senin (1 Juli), Khamenei mengeluarkan kritikannya dalam pidato di Teheran hari Senin, dimana ia menuduh Amerika tidak menepati kesepakatan dalam perundingan. Dalam kritikan-kritikannya terdahulu, Khamenei selalu menyoroti sikap Amerika yang dianggapnya tidak bisa dipercaya dan mengingatkan pemerintahan Presiden Rouhani, yang memiliki langkah perundingan daripada konfrontasi, akan sikap Amerika itu.

Dalam perundingan yang disepakati oleh Iran dan enam negara besar termasuk Amerika dan Rusia pada bulan Oktober 2015 lalu itu, Iran setuju untuk mengurangi program nuklirnya ke tingkat yang tidak membahayakan untuk mencegah pembuatan senjata nuklir. Sebagai balasannya, sanksi-sanksi yang diterima Iran karena program nuklirnya, akan dicabut.


Paska penandatanganan tersebut, Presiden Rouhani dengan bangga menyebut perundingan tersebut akan mengakhiri krisis ekonomi yang melanda Iran karena sanksi dan mendorong ekonomi Iran tumbuh pesat. Khamenei sendiri 'terpaksa' mendukung perundingan tersebut, meski terus mengeluarkan kritikan atas implementasinya.

Meski sejumlah sanksi telah dicabut dan sejumlah besar delegasi ekonomi internasional telah mengunjungi Iran untuk penjajakan kerjasama ekonomi, namun hal itu belum benar-benar
memulihkan ekonomi Iran, karena Amerika masih mempertahankan sanksi-sanksi pokoknya, seperti transaksi perbankan. Hal ini mengakibatkan realisasi kerjasama ekonomi Iran dengan masyarakat internasional menjadi terkendala.

Seperti telah ditulis di blog ini, kemenangan Iran atas program nuklirnya ternyata masih jauh dari kenyataan.

"Perundingan nuklir tersebut, seperti pengalaman sebelumnya, sekali lagi terbukti menunjukkan tidak adanya manfaat untuk berunding dengan Amerika, janji-janji buruk mereka (Amerika) dan perlunya untuk tidak mempercayai Amerika,” kata Khamenei seperti dikutip kantor berita Islamic Republic News Agency (IRNA).

Ia menyebut, sanksi-sanksi hanya dicabut 'di kertas' dan perusahaan-perusahaan asing masih belum menanam investasinya ke Iran. Lebih jauh, Khamenai menuduh perundingan dan kerjasama dengan Amerika dalam perang melawan terorisme adalah seperti 'meminum racun mematikan'.

Implementasi perundingan nuklir Iran yang lemah membuat kemarahan publik semakin meningkat terhadap pemerintahan Rouhani yang dikenal moderat, dan hal itu memberi 'angin segar' bagi kelompok-kelompok 'radikal' yang menganggap Amerika adalah musuh dan senjata utama untuk melawannya adalah dengan membangun rudal dan roket, serta mengandalkan kekuatan domestik untuk menjalankan perekonomian.

Sementara kelompok 'moderat' dipimpin oleh Presiden Rouhani dan dengan dukungan moril dari tokoh senior mantan presiden Hashemi Rafsanjani, Ali Khamenei dianggap sebagai patron bagi kelompok 'radikal'.(ca)

No comments: