Wednesday 1 March 2017

Suriah Kian Rumit, Turki Terancam Perang Lawan Amerika-Rusia

Indonesian Free Press -- Situasi di Suriah kian rumit dimana Turki kini berada dalam posisi untuk berperang melawan Amerika, Rusia, Suriah dan Kurdi.

Seperti dilaporkan Veterans Today (VT), Selasa (28 Februari), Rusia memberi ultimatum keras kepada Turki untuk tidak mengulangi lagi aksinya membom pasukan Suriah. Sementara itu,

Amerika telah memperkuat pertahanan di Manbij untuk mengantisipasi serangan Turki terhadap kota yang dikuasai milisi Kurdi dukungan Amerika.

"Rusia mengatakan kepada Turki bahwa jika mereka melakukan serangan udara lagi kepada pasukan Suriah, Rusia akan meresponnya," tulis VT dalam laporannya.


Veterans Today menyebutkan bahwa serangan Turki terhadap pasukan Suriah yang membuat Rusia marah terjadi akhir Februari lalu di Jalan Raya M4 yang menghubungkan kota al Bab dan Manbij. Turki berupaya menggerakkan pasukan ke Manbij setelah 'merebut' Al Bab dari ISIS. Veterans Today menyebut Turki bersandiwara dengan ISIS dalam perebutan kota itu setelah berbulan-bulan Turki dan sekutunya, Free Syrian Army/FSA gagal merebut kota ini).

"Kami mengetahui bahwa pasukan ISIS yang berada di al Bab adalah pasukan Turki dan anggota ISIS yang berkolaborasi dengan Turki. Tidak ada pertempuran melawan ISIS, semuanya adalah bohong," tulis VT.

Saat ini Turki telah mengirimkan 950 pasukan yang berasal dari kelompok ISIS, FSA, maupun pasukan khusus Turki dari al Bab menuju Manbij, 20 mil di timur-laut al Bab. Manbij sendiri masih dikuasai pasukan Suriah dan milisi Kurdi. Selain itu ada pasukan Amerika di kota ini, yang menjadi pos penting militer Amerika di Suriah. Dengan Turki yang mengklaim akan merebut kota ini sebelum bergerak ke Raqqah, terdapat peluang terjadinya bentrokan bersenjata antara Turki dengan Amerika.

Seorang pejabat Kurdi-Suriah di Manbij mengatakan kepada media Rusia Sputnik News bahwa Amerika telah melakukan segala daya untuk mempertahankan Manbij dari serangan Turki.

"Amerika telah membangun pangkalan militer dengan bendera Amerika yang berkibar sebagai 'peringatan' kepada Ankara," tulis Sputnik News.

Selain pasukan yang sudah berada di Manbij, Amerika juga tengah menggerakkan pasukan tambahan ke kota itu, termasuk senjata-senjata berat dan kendaraan lapis baja, tambah Sputnik News.

"Turki bersama Free Syrian Army (FSA) tengah bersiap-siap menyerang Manbij, dan kamipun tengah bersiap-siap untuk mempertahankan kota ini, dan kami terus-menerus melakukan kontak dengan sekutu kami, Amerika," tambah komandan milisi Kurdi Syrian Democratic Force (SDF).

Menurut komandan yang tidak bersedia disebutkan namanya itu SDF telah bertemu dengan Joseph Votel, komandan US Central Command (USCENTCOM) minggu lalu. Dalam pertemuan itu dibicarakan tentang ancaman Turki.

"Dalam kesempatan itu Jendral Votel meyakinkan kami bahwa Amerika akan melakukan segala cara untuk mencegah serangan Turki ke kota ini,” tambahnya.

Menurutnya, hanya berselang dua hari setelah pertemuan itu Amerika pun membangun pangkalan militer yang dilengkapi tank-tank dan senjata berat di Manbij untuk mencegah serangan Turki. Selain itu, sebuah bendera Amerika besar dikibarkan di atas pangkalan itu untuk memberi peringatan kepada Turki.

Pada hari Selasa (28 Februari) Jendral Votel mengeluarkan peringatan tegas kepada Turki untuk tidak menyerang Manbij, karena akan bertabrakan dengan kampanye anti-teroris Amerika di Suriah.

"Langkah Turki terhadap pasukan Kurdi di kota Manbij bisa bertabrakan dengan kampanye anti-ISIS koalisi pimpinan Amerika," kata Jendral Joseph Votel, Selasa (28 Februari) seperti dilaporkan Sputnik News.(ca)

No comments: