Friday 4 August 2017

Koalisi Pro-Amerika Kocar-Kacir di Suriah Timur

Indonesian Free Press -- Ambisi Amerika untuk membangun pijakan di Suriah timur sekaligus memotong jalur suplai Iran dan Irak ke Suriah tampaknya tinggal impian belaka setelah terbukti koalisi yang dibangunnya rontok.

Sebagaimana dilaporkan Southfront, 2 Agustus, sejumlah anggota kelompok Jaysh Maghawir al-Thawra melarikan diri dari possnya di pangkalan Amerika di at-Tanf di dekat perbatasan Suriah-Irak. Sebelumnya, pada bulan Juli, gelombang pertama anggota koalisi yang melarikan diri dari at-Tanf terjadi. Setelah lari, mereka menyerahkan diri bersama senjata mereka ke pasukan Suriah.
"Menurut sumber-sumber pemerintah Suriah, jumlah total anggota Jaysh Maghawir al-Thawra adalah 300 orang dan yang melarikan diri mencapai 30. Maka, setidaknya 10% dari anggota kelompok ini telah melarikan diri," tulis Southfront, situs independen tentang politik, inteligen dan militer itu.

Sementara itu, Abu Omar al-Homsi, humas kelompok Shohadaa al-Qraiteen Brigade mengatakan bahwa koalisi pro-Amerika telah mengancam akan membom markas kelompoknya jika mereka tidak mengembalikan senjata yang diberikan Amerika. Ini setelah pada akhir Juli lalu Amerika mengumumkan telah mencoret kelompok ini dari koalisinya. al-Homsi mengatakan kelompoknya tidak lagi mematuhi Amerika setelah diperintahkan untuk tidak menyerang ISIS dan hanya menyerang pasukan Suriah.

Minggu ini terjadi pertempuran antara milisi-milisi pro-Amerika melawan pasukan pemerintah Suriah dan sekutu-sekutunya di Umm Rahil. Milisi pro-Amerika dikabarkan menggunakan senjata-senjata berat seperti peluncur roket dan artileri, namun tidak mendapatkan hasil apapun dalam pertempuran.

"Dengan perkembangan ini, terbukti bahwa yang disebut koalisi Amerika di At Tanf tidak ada lagi, setelah tidak adanya kesatuan sikap atau setidaknya sebagian dari mereka tidak lagi patuh pada perintah Washington. Mereka hanya menggunakan nama koalisi Amerika untuk membenarkan keberadaan mereka di perbatasan Suriah-Irak," tambah Southfront.

Sejumlah pihak berspekulasi akibat perselisihan antar anggota koalisi ini akan memaksa Amerika menarik diri dari perbatasan Irak. Namun pihak lainnya berpendapat Amerika tidak akan begitu saja menarik diri dari kedudukannya yang strategis itu.

Sementara itu kelompok Ahrar al-Sham mengumumkan bahwa Hassan Soufan (Abu al-Bara) telah dipilih untuk menggantikan Ali Omar (Abu Ammar) sebagai pemimpin kelompok itu. Hassan Soufan mendapatkan kedudukan itu menyusul hilangnya sejumlah wilayah yang dikuasainya, termasuk kota Idlib, setelah direbut oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (Jabhat al-Nusra). Namun sejumlah sumber lokal menyebutkan bahwa pemimpin baru itu memiliki kedekatan dengan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan mendukung keinginan HTS untuk menyatukan semua kelompok militan di bawah komando HTS. Jika ini terjadi, maka akan menjadi pukulan telak bagi Turki yang telah menaruh kepercayaan kepada Ahrar al-Sham untuk menanamkan pengaruhnya di Provinsi Idlib.

Di sisi lain pasukan Suriah, Syrian Arab Army (SAA) dan sekutunya berhasil memukul mundur serangan ISIS di selatan Provinsi Raqqah dan dengan dukungan serangan udara Rusia dan Suriah bergerak maju ke posisi ISIS di wilayah itu.(ca)

No comments: