Wednesday 4 April 2018

Hadapi Serangan Turki, Amerika Bangun 2 Pangkalan Militer di Manbij

Indonesian Free Press -- Amerika dikabarkan tengah membangun dua pangkalan militer baru untuk memperkuat pertahanan menghadapi ancaman serangan Turki. di Manbij, kota di Suriah Utara yang dihuni mayoritas warga Kurdi.

Seperti dilaporkan media TRT World dengan mengutip laporan media Turki Anadolu Agency, Selasa (4 April), material-material konstruksi dan peralatan berat telah dikirimkan ke desa Dadat di utara Manbij, sebagai langkah awal pembangunan pangkalan militer di sini.


Bila selesai, pangkalan baru ini akan berada sekitar delapan kilometer dari Sungai Sajur, yang merupakan gari depan antara Jarablus dan Manbij. Pangkalan kedua dibangun empat kilometer dari 'garis depan', yaitu di selatan desa Dadat.

Anggota-anggota kelompok milisi yang didukung Amerika berada di wilayah perkebunan “Nuaymiyah” dan mereka secara aktif terlibat dalam pembangunan kedua pangkalan ini. Saat selesai, ini adalah pangkalan Amerika terdekat dengan wilayah operasi militer 'Tameng Eufrat' Turki yang dilancarkan sejak Agustus 2016 dengan tujuan mencegah terbentuknya wilayah Kurdistan di Suriah dan Irak.

Terkait dengan itu dilaporkan juga bahwa sebanyak 300 personil militer Amerika telah tiba di Manbij dalam satu konvoi yang meliputi beberapa kendaraan lapis baja dan mesin-mesin konstruksi. Pasukan tambahan Amerika juga melakukan patroli di Sungai Sajur setiap hari dari sebelumnya hanya seminggu sekali.

Saat ini terdapat tiga 'pos pengamatan' Amerika di wilayah yang dikuasai kelompok oposisi yang berbatasan dengan wilayah yang direbut Turki dan koalisinya dalam Operasi Tameng Eufrat.

Distrik Manbij di Provinsi Aleppo direbut oleh kelompok bersenjata Kurdi YPG/PKK pada Agustus 2016 dengan dukungan Amerika. Turki kemudian melancarkan operasi 'Cabang Olive' pada 20 Januari lalu untuk membersihkan wilayah yang dikuasi 'teroris' Kurdi dan berhasil merebut Afrin bulan lalu. Afrin merupakan pangkalan YPG/PKK sejak tahun 2012. Selanjutnya Turki mengumumkan akan membebaskan Manbij hinnga ke wilayah Kurdistan Irak.

Jatuhnya Afrin ke Turki, menurut sejumlah pengamat, adalah berkat adanya kesepakatan rahasia antara Turki dengan Amerika dengan mengorbankan Kurdi. Namun kasus di Manbij mungkin akan berbeda jauh ceritanya. Amerika memiliki 2.000 tentara di Manbij dan menunjukkan tekad untuk mempertahankan kota.

Turki dan Amerika telah membentuk 'kelompok kerja' untuk mendiskusikan masa depan Manbij dan mencegah bentrok bersenjata antara kedua negara sesama anggota NATO. Namun, penggantian Rex Tillerson sebagai Menlu secara efektif telah membubarkan 'kelompok kerja' itu sehingga masa depan Manbij menjadi 'tidak pasti'.

Milisi Syrian Democratic Forces (SDF) yang saat ini menguasai Manbij ditulang punggungi oleh kelompok milisi YPG, cabang Suriah bagi kelompok pejuang Kurdi di Turki, PKK. PKK sendiri telah berperang melawan Turki selama 3 dekade, menewaskan 40.000 korban jiwa.

PKK dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki, Perancis dan Uni Eropa. Namun Amerika dan Perancis kini menjalin kerjasama erat dengan YPG dalam kampanye anti-ISIS, meski hal itu membuat Turki marah.(ca)

No comments: